Radar TFM Februari 2024


bae2024Situs² utama yang terkait dengan sebaran manusia modern paling awal di Asia Timur Laut (Gambar dari CJ Bae, 2024)

Radar TFM bulan ini akan membahas tentang klaim sebaran manusia modern di Eurasia sekitar 45000 tahun lalu. Sebagian besar data menyarankan bahwa ekspansi manusia modern di bagian utara Asia terjadi setelah 60000 tahun lalu, dengan bukti situs² di Siberia, Mongolia, bagian utara China, Korea dan Jepang terjadi setelah 50000 tahun lalu (merujuk Christopher J Bae 2024 dan Feng Li et al. 2019). Kehadiran manusia modern di Gua Denisova, di Pegunungan Altai Siberia, adalah salah satu bukti yang sering terlewatkan dalam pembahasan sebaran manusia modern di Eurasia. Gua Denisovan merupakan salah satu situs budaya Paleolitik terlengkap di bagian utara Asia, sebuah kontinuitas budaya sepanjang sejarah perjalanan evolusi manusia selama 300000 tahun terakhir.

Asal-usul kelompok Denisovan dan perannya dalam kemunculan manusia modern dapat direkonstruksi berdasarkan bukti² arkeologis, fosil dan data genetik yang terkait dengan Afrika dan Eurasia. Keturunan genetik Neanderthal dan Denisovan dalam kolam gen manusia modern mengindikasikan bahwa eksistensi beberapa zona di Eurasia dimana Homo erectus berevolusi secara independen. Indikasi yang sama bisa diaplikasikan pada evolusi budaya litik yang ada di masing² zona.

Shi-Xia Yang et al. (2024) dalam Initial Upper Palaeolithic material culture by 45,000 years ago at Shiyu in northern China, melaporkan hasil penelitian multidisiplin keilmuan dari situs arkeologi Shiyu di bagian utara China, yang mencoba memperjelas skenario sebaran manusia modern di bagian utara China. Manusia modern berada di Shiyu sekitar 45000 tahun lalu dengan bukti adaptasi budaya yang unik dikombinasikan dengan inovasi teknologis dan simbolis tipikal budaya Upper Paleolithic (keberadaan budaya pembuatan bilah dengan teknik reduksi volumetrik), karakteristik budaya Middle Paleolithic yang ‘seharusnya tidak ada di sana’ (teknik reduksi Levallois dan peralatan yang diretus), serta karakteristik tradisional China seperti budaya batu inti-dan-serpih yang merupakan kontinuitas regional budaya litik sejak 1,1 juta tahun lalu (Rangkaian Donggutou-Shiyu). Teknik reduksi Levallois sudah dikenal di China Selatan sekitar 170000 tahun lalu, hampir bersamaan dengan Attirampakam di Asia Selatan. Entah mengapa tim peneliti tidak terlalu dalam ketika menginvestigasi budaya litik Eurasia Timur termasuk keberadaan awal teknik reduksi Levallois di Asia Timur.

Homo sapiens reached the higher latitudes of Europe by 45,000 years ago dari
Dorothea Mylopotamitaki et al. (2024) mengungkap bahwa data arkeologis dan garis maternal genetik (mtDNA) menunjukkan kehadiran Homo sapiens di Ranis terasosiasi dengan populasi manusia modern di Eropa Timur dan Tengah. Tim peneliti menyatakan bahwa relasi antara lancipan bifasial LRJ di Ranis dan budaya sejenis di Eropa Tengah seperti Szeletian dan Altmühlian masih perlu dieksplorasi. Jika budaya IUP Bohunician dari Moravia dan budaya LRJ merupakan teknokompleks yang saling terkait, maka budaya LRJ merupakan bagian dari ekspansi budaya IUP di Eropa. Namun demikian, tim peneliti masih ragu dengan menyebut pembuat bilah di Ranis sebagai ‘hominin dengan garis maternal manusia modern’, artinya masih menunggu konfirmasi dari analisis genome yang sedang dikerjakan. Apakah mereka keturunan hibrid Neanderthal dan Homo sapiens? Menarik untuk dinanti.

Sementara itu, dalam Stable isotopes show Homo sapiens dispersed into cold steppes ~45,000 years ago at Ilsenhöhle in Ranis, Germany, Sarah Pederzani et al. memastikan bahwa iklim dingin terjadi di seluruh wilayah sebaran budaya LRJ, dengan penurunan suhu yang mencapai puncaknya sekitar ~45000–43000 tahun lalu. Penanggalan langsung mengonfirmasi bahwa manusia modern menghuni situs Ranis selama fase yang sangat dingin tersebut.

The ecology, subsistence and diet of ~45,000-year-old Homo sapiens at Ilsenhöhle in Ranis, Germany dari Geoff M. Smith et al. (2024) mencoba meintegrasikan data arkeologi fauna, palaeoproteomik, DNA sedimen dan data isotop stabil untuk mengkarakterisasi kondisi ekologis, strategi subsistensi dan pola makan dari sekelompok kecil early Homo sapiens di situs Ranis.
Fluktuasi keberadaan manusia modern terlihat dari adanya sisa-sisa tulang manusia, tulang-tulang hasil modifikasi manusia, dan artefak batu. Hunian manusia awalnya terjadi selama kondisi suhu ~7–8 °C lebih dingin dibandingkan suhu saat ini (~48–45 ribu tahun lalu), diikuti oleh kehadiran mereka selama periode suhu dingin ekstrim (~45–43 ribu tahun lalu), seperti yang ditunjukkan oleh banyaknya taksa fauna yang diadaptasi dengan cuaca dingin (seperti rusa kutub, wolverine, rubah kutub, badak berbulu, dan mammoth) dan data isotop stabil. Jejak penggunaan api jarang terjadi, tetapi dalam skala mikro memang terjadi peningkatan penggunaan api di lapisan 8 dibandingkan lapisan lain di Ranis. Data isotop stabil menegaskan pola makan manusia yang fokus pada hewan cervida (termasuk rusa kutub), badak, dan kuda, sekaligus menunjukkan bahwa populasi early Homo sapiens tersebut memiliki pola makan yang mirip dengan kelompok Neanderthal yang hidup sezaman.

Budaya LRJ

Sebelumnya, dalam
Lincombian‑Ranisian‑Jerzmanowician Industry and South Moravian Sites Yuri E. Demidenko dan Petr Skrdla menganalisis ulang budaya LRJ di Moravia dan menemukan bahwa pernah terjadi transisi budaya yang mulus dari budaya Bohunician ke LRJ, sebuah pergeseran dari pembuatan lancipan Levallois ke produksi bilah-lancipan tipe Jerzmanowician di Moravia, yang dibuat oleh kelompok Homo sapiens. Mereka juga mengusulkan bahwa budaya LRJ perlu dipertimbangkan sebagai budaya akhir IUP (42-40 Ka). Mereka menduga bahwa budaya LRJ pertama kali muncul di Moravia, di Eropa Tengah, dan menyebar bersama early Homo sapiens melintasi Eropa Tengah dan Barat Laut. Oleh karena itu, “paket budaya Bohunician” tidak hilang di Eropa tetapi memunculkan budaya IUP lain yang berhasil diadaptasi dengan wilayah stepa-tundra yang sangat dingin di Eropa Barat Laut. Analisis ulang budaya LRJ ini kemudian dikuatkan oleh temuan² di Ranis, bahwa budaya LRJ dibuat oleh early Homo sapiens dalam rentang waktu 47-45 ribu tahun lalu dan membuka kemungkinan ko-habitasi antara kelompok Neanderthal dan sekelompok kecil pendatang Homo sapiens.

Overview of the European Upper Palaeolithic: The Homo sapiens bone record dari Sergio Arenas del Amo et al. mencoba membuat database kompilasi fosil Homo sapiens di Eropa periode Upper Palaeolithic dengan tujuan untuk mengeksplorasi catatan paleoantropologis beserta konteks arkeologis. Hasilnya menunjukkan bahwa catatan Upper Paleolithic awal didominasi oleh temuan lepas dan tidak terartikulasi. Ketika fase puncak Upper Paleolithic terjadi peningkatan besar pada sisa kerangka manusia dan mulai meluasnya praktik penguburan di segala penjuru Eropa. Secara genetik ada dua kelompok besar early Homo sapiens yang merambah Eropa, yaitu kelompok yang berbagi keturunan genetik dengan manusia Ust-Ishim di Siberia Barat (basal Eurasia 45000 tahun lalu) dan kelompok yang berbagi keturunan genetik dengan manusia Zlatý kůň dan Ranis (45000 tahun lalu). Dari mana mereka datang? Masih perlu data genome dari Ranis untuk mempersempit lokasi asal.

Bagaimana dengan early Homo sapiens di Asia Timur? Manusia Tianyuan (40000 tahun lalu) berbagi keturunan genetik dengan AASI atau Ancient Ancestral South India (keturunan genetik yang masih kerabat jauh dari populasi Andaman dan India Selatan saat ini) dan tidak mewarisi keturunan genetik basal Eurasia seperti halnya manusia Ust-Ishim. Sedangkan garis paternal Ust-Ishim (haplogroup pra-NO) kemungkinan besar berasal dari bagian utara Eurasia/Asia Timur bagian utara, wilayah sebaran IUP di Asia Timur. Garis paternal Tianyuan (haplogroup K2b) kemungkinan besar dari China Selatan karena konsentrasi keturunan genetik AASI menyebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Selalu tricky ketika menentukan asal-usul secara genetik karena keterbatasan data.

Secara konvensional, budaya IUP dipandang berasal dari Levant dengan bukti keberadaan awal budaya membuat bilah dimulai sekitar 50000 tahun lalu di Boker Tachtit. Utamanya berdasarkan catatan di Eropa, transisi budaya Middle ke Upper Paleolithic dianggap sebagai sebuah proses diskontinuitas atau ‘revolusi’ yang ditandai oleh pengenalan budaya baru/perilaku yang terasosiasi dengan gelombang sebaran sekelompok kecil early Homo sapiens sekitar 45000 tahun lalu.

Delayed increase in stone tool cutting-edge productivity at the Middle-Upper Paleolithic transition in southern Jordan Seiji Kadowaki et al. (2024) menganalisis laju produksi alat batu yang bisa berfungsi sebagai bilah atau pisau pemotong selama periode transisi dari Middle ke Upper Paleolithic. Kadowaki et al. berpikir bahwa pergeseran dari teknologi Levallois ke bilah tidak serta merta menunjukkan peningkatan laju produksi alat pemotong karena ternyata banyak variasi alat potong dihasilkan dalam periode transisi.

Dimona South 115 ka

Nubian Levallois Technology During MIS 5: Reftted Lithic Sequences and OSL Ages of Dimona South, Israel, and Their Broader Implications dari Maya Oron et al. (2024) menganalisis secara rinci budaya litik Dimona South di Gurun Negev dan menemukan bahwa tidak terdapat konvergensi budaya. Usia DS konsisten dengan rentang waktu MIS 5 (115 ribu tahun lalu) yang telah diusulkan secara tentatif untuk fenomena Nubia di Negev. Kronologi DS selaras dengan gagasan tentang gap yang panjang antara kemunculan teknologi Nubia di wilayah tersebut dan zaman Boker Tachtit, yang berusia antara 50–44 ribu tahun lalu. Mengingat data ini serta penelitian awal mengenai budaya litik Boker Tachtit dan kaitannya dengan budaya litik di Negev, dapat diduga bahwa kesamaan teknologi Boker Tachtit dikaitkan dengan teknologi Nubia tampaknya lemah. Untuk saat ini tidak ada bukti yang kuat yang menyatakan bahwa budaya litik Initial Upper Paleolithic di Levant (Boker Tachtit dan situs² lain yang sezaman) terkait dengan budaya litik Nubia di Afrika Timur. Tidak ada dasar kuat mengaitkan migrasi Out of Africa dengan kemunculan budaya IUP di Levant sekitar 50000 tahun lalu.

Terkait dengan kemunculan awal budaya IUP di Boker Tachtit, Ludovic Slimak et al. (2022) mencoba mengaitkan temuan awal Homo sapiens di Mandrin (sekitar 54000 tahun lalu) dengan menginterpretasikan hasil penanggalan OSL dari situs Boker Tachtit (58-42 Ka) sebagai sebuah revisi oleh Elisabetta Boaretto et al. (2021), meskipun dalam kesimpulannya Boaretto et al. menyatakan keberadaan awal budaya IUP di Boker Tachtit secara definitif terjadi antara 50-49 Ka. Upaya mengaitkan early Homo sapiens di Mandrin dengan usia budaya Boker Tachtit lebih dari 54000 tahun lalu jelas akan kontradiktif dengan data² IUP lain di Pegunungan Zagros, Semenanjung Balkan, Pegunungan Altai, Tianshan, dan India.

Pertanyaan penting untuk merespon upaya Slimak et al. tentu saja: adakah bukti keberadaan populasi Homo sapiens berbudaya IUP di Levant lebih dari 54000 tahun lalu?

Ikuti terus update-nya…

Tinggalkan komentar