Sejarah Penemuan Homo floresiensis


Liang Bua Morwood 2009

Tulisan ini akan menginvestigasi kapan Homo floresiensis, hominin misterius dari Liang Bua, Flores, pertama kali ditemukan. Investigasi ini penting mengingat simpang-siur informasi yang ada baik dalam jurnal akademik maupun buku dan laporan media daring. Investigasi ini penting dalam konteks sejarah pencatatan dan melihat peristiwa ini sebagai momen bersejarah yang sudah sepantasnya didasarkan pada sumber-sumber primer yang ada. Sekaligus memetakan sumber-sumber primer mana saja yang memiliki kredibilitas, dan sumber-sumber mana yang hanya memperkeruh narasi sejarah evolusi manusia Flores tersebut. Banyak sekali kasus simpang siur mengenai pencatatan sejarah penemuan fosil manusia purba, terutama di Sangiran. Tapi kali ini kita bedah dulu sejarah penemuan fosil paling misterius di Indonesia.

On August 10, 2003 Thomas (Sutikna) answered the phone as if he had been sitting right on top of it. Bursting with excitement, he told me that they had just found the skeleton of a nonmodern child in Sector VII at a depth of six meters.” – pernyataan arkeolog Mike Morwood dalam bukunya bersama Penny Van Oosterzee, A New Human: The Startling Discovery and Strange Story of the “Hobbits” of Flores, Indonesia (2007)

a new human Morwood 2007

Mike Morwood, yang berkolaborasi dengan penulis sains Penny van Oosterzee (terkenal dengan Where Worlds Collide: The Wallace Line dan Dragon Bones: The Story of Peking Man), membuat buku harian sepanjang penggalian arkeologi, dan merinci tidak hanya temuan ilmiah, tetapi juga mencatat orang-orang yang ikut dalam penelitian Flores ke dalam catatan pribadinya. Jadi, jurnal pribadi Mike sangat membantu penulisan buku tersebut.

Kenapa informasi dari Mike di atas tersebut penting? Tanggal yang disebut Mike adalah 10 Agustus 2003, tanggal di mana Mike meminta update harian terkait temuan atau masalah sekitar ekskavasi pada Thomas Sutikna, satu dari lima arkeolog Indonesia yang berada di Liang Bua saat manusia Flores ditemukan. Jika pada tanggal 10 Agustus Thomas sudah memberikan update terkait temuan manusia Flores, bisa jadi waktu penemuan adalah sehari sebelumnya, 9 Agustus 2003. Lalu masalahnya di mana?

Publikasi oleh Peter Brown bersama para peneliti utama Liang Bua, A new small-bodied hominin from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia, terbit di Nature pada 28 Oktober 2004, tidak menyatakan tanggal 9 atau 10 Agustus 2003 sebagai waktu penemuan, melainkan September 2003. Kenapa demikian? Ini yang akan saya coba investigasi berdasarkan jurnal penelitian maupun wawancara para peneliti yang terlibat langsung dengan ekskavasi Liang Bua pada saat itu. Peter diperbantukan Mike karena keahliannya dalam analisis morfologi dan paleoantropologi. Jurnal penelitiannya juga bisa menjadi sumber primer karena waktu penemuan yang salah tapi kemudian direvisi pada tahun 2009 dan 2012.

Siapa saja yang bisa menjadi sumber primer? Kepala Arkenas saat itu Raden Pandji Soejono dan Mike Morwood sendiri sebagai peneliti senior; Thomas Sutikna, Wahyu Saptomo, Jatmiko, Sri Wasisto, Rokus Awe Due (lima peneliti yang berada di Liang Bua ketika penemuan terjadi), dan Douglas Hobbs sebagai direktur pelaksana ekskavasi; Carol Lentfer dan Netty Polhaupessy ahli botanis; Gert van den Bergh dengan keahliannya dalam mengidentifikasi sisa-sisa fauna, terutama Stegodon; Kerrie Grant yang sedang menyelesaikan program doktoral untuk temuan tembikar yang diekskavasi di sana; dan Kira Westaway, yang sedang meneliti sejarah geomorfik Liang Bua dan mengambil sampel untuk penanggalan luminescene, mengumpulkan data paleo habitat, dan pemetaan serta penanggalan teras Wae Racang.

Di luar peneliti tersebut di atas bisa kita anggap sebagai sumber sekunder, bahkan bisa saja kita perlakukan sebagai petunjuk saja. Selain para peneliti di atas, banyak peneliti sering kali hanya menambah gaduh narasi sejarah Liang Bua karena meneruskan catatan yang tidak akurat. Pada 7 Agustus 2003 Mike harus pergi ke Jakarta untuk urusan administrasi dan mengurus pembayaran biaya ekskavasi, sekaligus membawa gigi lepas prageraham yang ditemukan di sektor IV. Gert, Doug, Kerrie dan Kira sudah berangkat duluan, dan rencananya ekskavasi akan dilanjutkan seminggu kemudian. Mungkinkah waktu jeda ini berkaitan dengan terjadinya pemboman di JW Marriott 5 Agustus 2003? Dengan perginya para peneliti Australia, praktis hanya menyisakan lima arkeolog lokal dan sekitar 20 pekerja ekskavasi di Liang Bua. Sebelum berangkat ke Jawa, Mike melempar canda ketika melihat tumpukan alat batuan dan tulang-tulang Stegodon hasil ekskavasi di sektor VII yang menjadi tanggung jawab Wahyu, “When are you going to find us a premodern hominid skull to go with those?”

penemuan Homo floresiensis

Penemuan tengkorak sendiri harus diberikan kepada Benyamin Tarus, salah satu pekerja ekskavasi terbaik dari Manggarai, Wahyu Saptomo sebagai supervisor, dan para penggali saat itu, yang menurut Mike “had been excavating a layer of apparently sterile, sticky brown clay and, with a single scrape of his trowel, both revealed and sliced off the left brow ridge of the skull. Wahyu immediately took over and cautiously excavated some of the surrounding deposits, exposing just enough bone for Rokus to know “with 200 percent certainty” that it was a hominid skull, that on the basis of a sloping forehead, thick cranial bones and teeth with long roots it was not modern human, and that on the basis of size the remains were of a child about five years old.” Butuh waktu tiga hari untuk bisa memindahkan hasil temuan Liang Bua ke tempat yang lebih layak untuk konservasi dan persiapan analisis.

Homo floresiensis morwood 2009

Hotel Sindha kamar nomor 19 di Ruteng yang menjadi basecamp tim peneliti dijadikan laboratorium darurat selama dua minggu berikutnya. Thomas dan Rokus bekerja siang malam membersihkan dan merawat tulang-tulang yang rapuh tersebut. Menurut perhitungan, awal September 2003 mereka baru berangkat meninggalkan Flores menuju Bali. (Tiga hari pengangkatan, dua minggu perawatan di Hotel, dua hari perjalanan laut dari Flores ke Bali. Belum lagi ditambah informasi mereka liburan dulu di Bali selama seminggu atau lebih).

“When it was time for the team to return to Jakarta, the bones were still very fragile. They were carefully wrapped in newspaper, packed in cardboard boxes and cradled in the laps of the team during the trip, first by ferry and then plane”.

Mungkinkah tanggal 2 September 2003 adalah tanggal di mana mereka sampai Jakarta? Saya ragu. Saya masih mencari bukti tertulis terkait tanggal tersebut. Mereka memiliki fossil register. Tapi perhitungan kronologis tidak mendukung pernyataan tersebut. Dalam sebuah jurnal Naditira Widya yang diterbitkan tahun 2006 berjudul Temuan Homo floresiensis di Situs Liang Bua, Jatmiko dan Thomas Sutikna menulis, ‘Pada penelitian tahun 2003 di Sektor VII ditemukan rangka manusia yang hampir utuh dalam kondisi yang sangat rapuh, sehingga diperlukan waktu berbulan-bulan untuk merekonstruksi dan mengeraskannya.’ Artinya proses ini tidak mungkin berlangsung hanya dua minggu saja. Sehingga waktu diskrepansi lebih dari dua minggu (17-18 hari) dimanfaatkan untuk menunggu proses pengerasan.

Tanggal 2 September 2003 muncul pertama kali dalam wawancara Wahyu Saptomo dengan Nature, dalam artikel yang memeringati satu dekade temuan Liang Bua, Tales of the Hobbit yang terbit 23 Oktober 2014.

tales of the hobbit 2014

Dalam wawancara tersebut, Wahyu menyatakan: Before Mike Morwood left for the season in 2003, I said, “Why are you leaving now? If you leave, maybe we will find something important.” A few days later, on 2 September, I was supervising sector VII. Our local workers were digging at around 5.9 metres. Their trowel met with a skull. A member of our team who specializes in animal and human bones came down and said, “Yes, I’m sure that’s a human bone. But it’s very small.” Thomas, he was sick and was at the hotel that day. So I went back and met with him. I said, “We have something very important. We found the first hominid in the Pleistocene layer.” Ini kontradiktif dengan foto yang diambil Wahyu di penelitiannya bersama Mike Morwood dan kolega (2009), revisi Peter (2009 & 2012) serta tentu saja percakapan telpon antara Mike dan Thomas pada 10 Agustus 2003. Mike meninggalkan Liang Bua (7 Agustus 2003) untuk mengurus administrasi dan juga berkenaan dengan tragedi bom JW Marriott (5 Agustus), semua peneliti Australia meninggalkan Indonesia. A few days later‘ dari tanggal 7 Agustus adalah 9 Agustus. Jika memang ditemukan tanggal 2 September, maka Mike harus berada di Liang Bua pada akhir Agustus. Sedangkan Mike sudah kembali ke Australia sejak 13 Agustus, dan baru bisa terbang ke Jakarta tanggal 20 September, bersama Peter.

Mungkinkah Ewen Callaway, jurnalis Nature yang mewawancarai Wahyu dan peneliti Liang Bua lainnya, salah kutip? Saya masih ragu, wawancara bisa saja secara audio, bisa juga tertulis. Tapi bisa juga Wahyu salah ingat, karena publikasi Peter Brown bersama kolega terkait revisi tanggal penemuan terbit di jurnal berbayar (2009 & 2012). Bukan di Nature. Penelitian-penelitian berikutnya yang merujuk tanggal 2 September 2003 sebagai waktu penemuan sepertinya merujuk pada wawancara ini. Kemungkinan besar Wahyu salah mengingat tanggal penemuan setelah satu dekade berlalu.

Akan tetapi…

Ewen dalam tulisan berikutnya, Did humans drive ‘hobbit’ species to extinction? (2016) mulai sadar ada perbedaan waktu penemuan dan hanya menulis, “Homo floresiensis, the mysterious and diminutive species found in Indonesia in 2003, is tens of thousands of years older than originally thought—and may have been driven to extinction by modern humans.” Apakah dia melupakan wawancara yang cukup mendalam dengan para peneliti Liang Bua dua tahun sebelum tulisan ini? Dalam tulisan, dia hanya mengutip, ‘Roberts says that the peculiar geology of Liang Bua would have been hard to notice when the first hobbit bones were found on the final days of the 2003 field season’. Ingat, tanggal 2 September 2003 muncul pertama kali di tulisan Callaway (2014). Dan di tulisan ini mengabaikan hasil wawancara mendalam tersebut? Sekarang mulai sedikit terang, kenapa Callaway tidak konsisten dengan tulisannya. Mungkinkah Callaway yang menginterpretasikan sendiri tanggal 2 September 2003? Ada yang tidak beres dengan tulisan Tales of the Hobbit.

Bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa penemuan memang terjadi pada 9-10 Agustus 2003, atau setidaknya bulan Agustus 2003.

Dalam sumber primer lainnya, ‘Preface: research at Liang Bua, Flores, Indonesia (2009)’, Mike Morwood bersama kolega menyertakan foto tengkorak Homo floresiensis yang masih menempel pada lapisan batuan. Dokumentasi dilakukan sendiri oleh Wahyu Saptomo.

10 Agustus 2003 Morwood 2009

Satu petunjuk tentang awal September 2003 berdasarkan wawancara Peter Brown dengan Michael Hopkin, terbit di Nature 27 Oktober 2004: “In early September 2003 Mike Morwood brought the cast of a tooth to my laboratory. It had been recovered from the excavations at Liang Bua. I realized that while it was broadly human it could not have been from a modern human, so it was exciting. More exciting was when Mike announced that the continuing excavations had uncovered a fairly complete skeleton. We quickly arranged to go to Jakarta.” Sekarang lihat konteks secara menyeluruh, mengapa Peter menulis penemuan tengkorak manusia Flores terjadi pada September 2003 jika yang dilihat adalah replika gigi prageraham yang ditemukan di sektor IV, sekitar lima hari setelah memulai ekskavasi di bagian tengah gua (awal Juli 2003). Gigi tersebut dibawa Mike ke Bandung pada 9-10 Agustus 2003 untuk diperlihatkan pada Fachroel Aziz dan Hisao Baba, yang ternyata kurang mendapat jawaban yang memuaskan. Lalu dibuatkan dua replika, satu untuk Mike, satu untuk Baba untuk diteliti lebih lanjut. Gigi yang asli disimpan di Arkenas Jakarta. Saat penemuan tengkorak di sektor VII, kemungkinan Mike masih berada di Bandung, dan pada 13 Agustus baru menuju Australia, membawa replika prageraham yang kemudian dilihat Peter pada awal September 2003. Mike meminta bantuan Peter karena tim gabungan arkeolog tidak ada yang ahli dalam morfologi fosil manusia purba.

“Anticipating “political” problems with a find of this with a find of this magnitude, and needing paleoanthropological expertise, I flew from Jakarta back to Australia on August 13 to enlist the aid of my colleague Peter Brown, an experienced paleoanthropologist. Peter was a staff member at UNE, and so was covered by the intellectual property provisions of the Agreement for Co-operation. My description of the skeleton greatly interested him, but it was the copy of the hominid premolar, excavated from Sector IV and optimistically taken to Bandung for identification, that made him flush with excitement. To his experienced eye, the tooth with its multiple roots and other primitive features was hard, tangible evidence that the older levels of Liang Bua contained hominid remains that were definitely not modern human.”

Peter Brown sadar ada yang salah dalam tulisan perdananya (bahwa Homo floresiensis ditemukan pada September 2003): “The LB1 skeleton was recovered in September 2003 during archaeological excavation at Liang Bua, Flores.” Anehnya, tulisan ini merujuk pada penelitian Morwood dan kolega yang terbit di Nature pada hari yang sama, Archaeology and age of a new hominin from Flores in eastern Indonesia. Sedangkan dalam penelitian Morwood bersama kolega tersebut tidak menyebut tanggal penemuan, baik Agustus maupun September 2003. Di mana Peter mendapatkan waktu September 2003? Kemungkinannya adalah waktu ketika Peter melihat replika gigi prageraham manusia Flores yang dibawa Mike. Karena Peter tidak terlibat langsung dalam ekskavasi, sangat mungkin dia merujuk temuan gigi prageraham yang dilihatnya, dan kemudian baru menuju Jakarta untuk melihat tengkorak pada September 2003 di Jakarta. Mike dan Peter tidak bisa segera menuju Jakarta karena ada peringatan dari pemerintah Australia kepada warganya untuk tidak berkunjung ke Jakarta setelah peristiwa pemboman Hotel JW Marriott pada 5 Agustus 2003. Padahal mereka berdua sangat ingin tiba di Jakarta sebelum Thomas dan kolega tiba dari Flores dengan kargo yang sangat tak ternilai.

Senin pagi, 21 September 2003, Mike dan Peter mendarat di Jakarta dan segera bergabung dengan Arkenas keesokan harinya. Thomas dan kolega baru tiba dari Flores karena memutuskan berlibur dulu di Bali. Tanggal 22 September 2003 adalah waktu di mana Mike dan Peter untuk pertama kalinya melihat spesimen Homo floresiensis. Mungkinkah waktu ini yang diingat Peter?

Pada tahun 2012, Peter Brown mempublikasikan ‘LB1 and LB6 Homo floresiensis are not modern human (Homo sapiens) cretins‘, yang menulis, “Excavations in the Pleistocene layers at Liang Bua, western Flores, in August 2003, uncovered the partial skeletal remains of a small-bodied and small-brained hominin, as well as a large number of stone artefacts and the bones of extinct fauna, including Stegodon (Morwood et al., 2004).” Meskipun dalam penelitian tersebut, Morwood (2004), tidak menyebut kapan tepatnya tengkorak Homo floresiensis ditemukan. Sepertinya, Peter mengetahui informasi tersebut dalam buku Morwood terkait penemuan tanggal 10 Agustus 2003. Masih dalam studi yang sama Peter menyatakan, “Most of the LB1 skeleton was excavated in August 2003 from Spit 59, Sector VII, at Liang Bua, at a depth of approximately 5.9 m. Other parts of the skeleton were recovered in 2004, as well as skeletal elements from other individuals (Brown et al., 2004; Morwood et al., 2004, 2005).” Penelitian Brown et al. 2004 tentang LB1, alasan dia menuliskan tahun penemuan September 2003 terbukti kesalahan mengingat dari Peter sendiri (dan mungkin koleganya tidak terlibat dalam penulisan manuskrip).

Sekarang, Peter sudah merevisi tanggal penemuan dari September 2003 menjadi Agustus 2003. Apakah penelitian-penelitian selanjutnya mengetahui hal ini? Tidak. Penelitian evolusi manusia tidak memiliki kebiasaan merujuk ke revisi, tapi merujuk ke penelitian awal di mana holotype dari Homo floresiensis tercatat ditemukan pada September 2003. Sekarang kita paham bagaimana ketidakakuratan ini terus berlanjut dari penelitian ke penelitian, kemudian dikutip media daring dan buku-buku tentang manusia Flores.

Ini praktik yang umum terjadi dalam studi evolusi manusia. Ketika peneliti merujuk sumber primer, yang telah direvisi beberapa tahun kemudian, kecil kemungkinan para peneliti tersebut mengetahui ada revisi terhadap sumber primer. Sehingga informasi tidak akurat tersebut terus tersebar luas di penelitian selanjutnya. Ini mencerminkan attention span yang pendek dari para peneliti. Tidak ada cukup waktu untuk menelusuri setiap perkembangan dari topik penelitian mereka. This is why we have to think this through chronologically and multidisciplinary as long and wide as possible. Anda bisa saja menyebarkan spekulasi tentang sejarah manusia purba di Indonesia, paling tidak Anda bisa jadi bahan lelucon untuk membumbui sebuah tulisan. Internet dengan konsisten akan merekam.

Dalam buku The Hobbit Trap: money, fame, science and the discovery of a’new species’ (2008) dari Maciej Henneberg & John Schofield, terdapat wawancara Hanneberg dengan Bert Roberts pada 3 Maret 2005, yang menyatakan, “The skeleton was excavated in August 2003 by Indonesian labourers led by archaeologist Thomas Sutikna, as part of a team led and funded by Australian archaeologist Professor Mike Morwood of the University of New England in Armidale in New South Wales.” Di sini Bert Roberts sebenarnya tahu betul penemuan terjadi bulan Agustus, tetapi Bert paling konsisten menulis penemuan terjadi September 2003 (lihat jurnalnya Geochronology of cave deposits at Liang Bua and of adjacent river terraces in the Wae Racang valley, western Flores, Indonesia: a synthesis of age estimates for the type locality of Homo floresiensis, 2009), bahkan setelah revisi yang dilakukan Peter Brown pada jurnalnya (2009 & 2012).

Dalam The Enigma of Raymond Dart, Robin Derricourt sudah benar merujuk buku Morwood dan Oosterzee (2007), ‘It makes an interesting contrast with the timetable for the announcement of the most important and exciting recent hominin discovery, that of Homo floresiensis. There the key skeletal material was discovered in early August 2003, and the scientific study began on 22 September 2003 (19). The definitive articles reporting these finds were sent and received by Nature on 3 March 2004 (only five-and-a-half months later, held up to await additional dating evidence).’ Jelas di sini, Peter memulai analisis spesimen Liang Bua pada 22 September 2003, dibantu tim Liang Bua dari pagi hingga larut malam selama seminggu. Setelah analisis pertama selesai, mereka menuju Bandung pada 29 September 2003 untuk melakukan perbandingan bagian telinga dalam dengan fosil-fosil di gedung GRDC (Geological Researdch and Development Centre). Tidak ada satupun yang mendekati morfologi telinga dalam manusia Flores, kecuali replika kera besar Afrika. Keesokan harinya, Mike dan Peter kembali ke Australia dengan membawa foto-foto dan hasil analisis awal. Embargo berlaku selama setahun (penelitian terbit 28 Oktober 2004), tulang asli disimpan di sebuah kabinet di ruangan R. P. Soejono, dan kuncinya dipegang Thomas. Pada November 2004, tulang-tulang Homo floresiensis dipindahkan ke Yogyakarta untuk diteliti oleh Prof Teuku Jacob. Kontroversi dimulai dari sini. Tapi tidak akan dibahas di sini.

Bahkan Yousuke Kaifu (2011) dalam Craniofacial morphology of Homo floresiensis: Description, taxonomic affinities, and evolutionary implication, mengoreksi tulisan perdana Peter Brown tapi dengan tetap merujuk ke tulisan tersebut, “After its excavation in August 2003, T. Sutikna and P. Brown cleaned, dismantled, and reconstructed LB1/1 for the initial publication (Brown et al., 2004).” Tentu saja aneh ketika Brown menulis September 2003 tapi dirujuk sebagai Agustus 2003 oleh Kaifu, yang mungkin sudah melihat paper Morwood bersama kolega (2009) dan bukunya bersama Penny van Oosterzee (2007), dan memutuskan melakukan koreksi.

Mungkinkah Peter melihat koreksi dari Kaifu dan merevisi di tulisan berikutnya (2012)? Tidak. Ternyata di tahun 2009, Peter Brown bersama Tomoko Maeda dalam Liang Bua Homo floresiensis mandibles and mandibular teeth: a contribution to the comparative morphology of a new hominin species, sudah menulis koreksi, “Excavations at Liang Bua, western Flores, in August 2003 uncovered the partial skeleton of a small-bodied and small-brained hominin, large numbers of artifacts, and evidence of extinct fauna, including Stegodon (Brown et al., 2004; Morwood et al., 2004).”, meskipun masih merujuk pada penelitian perdana Homo floresiensis, yang masih menulis September 2003. Peter menulis tanggal yang benar tapi tetap merujuk kepada papernya yang salah menulis tanggal penemuan. Tahu kenapa? Buku Mike Morwood.

Para peneliti setelah tahun 2008-2009 masih banyak menggunakan 2 September 2003 sebagai waktu penemuan. Coba periksa, karena waktu penemuan adalah sore hari di akhir pekan. Apakah 2 September 2003 bertepatan dengan hari Sabtu/Minggu? Bukan, tapi Selasa! Apakah tanggal 9-10 Agustus 2003 adalah akhir pekan? Ya, hari Sabtu-Minggu.

Yang paling menggelikan adalah Smithsonian, dalam laman situsnya menulis The Discovery of Homo floresiensis

“On Saturday, September 6, 2003, Indonesian archeologist Wahyu Saptomo was overseeing the excavation of Sector VII at Liang Bua. Benyamin Tarus, one of the locally hired workers, was excavating the 2 x 2 meter square when all of a sudden the top of a skull began to reveal itself. Six meters beneath the surface of the cave, Wahyu immediately joined Benyamin and the two of them slowly and carefully removed some more sediment from around the top of the skull. Wahyu then asked Indonesian faunal expert Rokus Due Awe to inspect the excavated portion of the skull.”

Benar, tanggal 6 September 2003 adalah hari Sabtu. Tapi tak satupun peneliti Liang Bua menyebut hari penemuan adalah 6 September. Pada hari itu mereka mungkin sedang berlibur di Bali. Penemuan terjadi hari Sabtu memang benar, tapi pada 9 Agustus 2003, sehari sebelum Mike menelpon Thomas.

Kemudian dalam tulisan South China Morning Post edisi 23 April 2018 terdapat pernyataan, ‘Indonesian archaeologist Emanuel “Wahyu” Saptomo’s eyes dance as he recalls the discovery of fossil “Flo the hobbit” 15 years ago. It was the evening of September 6, 2003, during a dig in the cathedral-like limestone cave of Liang Bua, on the sparsely populated island of Flores.’ Apakah ini kutipan dari Wahyu Saptomo? Kenapa berbeda dari wawancaranya dengan Nature (2014)?

Penelitian-penelitian setelah tahun 2009, yang menggunakan waktu penemuan September 2003 tersebut tidak esensial karena tidak ikut langsung dalam ekskavasi. Kecuali thesis Thomas Sutikna yang masih merujuk bulan September 2003 berdasarkan penelitiannya bersama Peter Brown (2004). Saat peringatan satu dekade penemuan, Bert Roberts bersama Thomas juga masih menggunakan waktu penemuan September 2003 dalam artikelnya di The Conversations, 30 Oktober 2014, A decade on and the Hobbit still holds secrets. Dan juga dalam artikel berjudul The ‘hobbits’ were extinct much earlier than first thought, 31 Maret 2016, kali ini bersama Matthew Tocheri (kebetulan terafiliasi dengan Smithsonian). Kemudian, Susan Hayes, seorang ilmuwan yang merekonstruksi wajah Homo floresiensis mengatakan dalam sebuah artikel terbitan Australian Geographic pada 15 Juni 2015, “Homo floresiensis was discovered on 7 September 2003, deep within an excavation against the eastern wall of a huge cave known as Liang Bua.” 

Contoh lain, wawancara Thomas Sutikna pada 13 November 2018 di The Jakarta Post, “Remarkable events happen at mundane moments.
It was getting late on Sept. 2, 2003, time for team co-director archeologist Thomas Sutikna, 37, to call it a day at the Liang Bua (Cool Cave) dig in Central Flores, East Nusa Tenggara.”
Sutikna sedang sakit ketika tengkorak ditemukan. Koleganya, Wahyu Saptomo menjemputnya di hotel (wawancara dengan Nature dan keterangan Morwood dalam bukunya). Ketika Mike menelepon Thomas pada 10 Agustus 2003, Thomas sudah memiliki informasi yang cukup. Sehingga tidak berlebihan, jika pada tanggal 9 Agustus malam, Wahyu mengunjungi Thomas di Hotel memberi informasi tentang penemuan tengkorak di Liang Bua. Kemungkinan Thomas baru mengunjungi Liang Bua pada hari Senin, 11 Agustus 2003. Bahkan mungkin hari Minggu, ketika foto dokumentasi diambil oleh Wahyu Saptomo.

Valéry Zeitoun, Véronique Barriel, dan Harry Widianto dalam Phylogenetic analysis of the calvaria of Homo floresiensis (2016) termasuk yang tidak memperhatikan revisi Peter Brown dan buku Mike Morwood. Yang lain adalah Reviews of Science for Science Librarians: Boning Up on Flores Man dari Kate Dougherty (2014), dan A brief overview of the last 10 years of major late Pleistocene discoveries in the Old World: Homo floresiensis, Neanderthal, and Denisovan dari Fernanda Neubauer (2014). Sebelumnya, The naming of new species in hominin evolution: A radical proposal—A temporary cessation in assigning new names dari C Quintyn (2009) dan Craniometric ratios of microcephaly and LB1, Homo floresiensis, using MRI and endocasts dari Robert C Vannucci, Todd F Barron, Ralph L Holloway (2011).

Media daring lainnya sepertinya merujuk tanggal penemuan 2 September 2003 berdasarkan wawancara Nature 2014. Sedangkan penemuan bulan September 2003 masih digaungkan Bert Roberts, Thomas Sutikna, Wahyu Saptomo dan Matthew Tocheri kepada media daring. Ditambah, Wikipedia menjadi rujukan sejuta umat. Viral tapi tidak akurat. Buku Sejarah Kelas 10 pun tak luput dalam pusaran simpang siur.

Sekarang kita ikuti wawancara Adam Brumm, salah seorang arkeolog yang diundang Mike sebagai sukarelawan ekskavasi Liang Bua yang rencananya berlangsung dua minggu. Adam lebih banyak bekerja di teras luar gua.

Soon after I returned home, I heard that our Indonesian colleagues who had continued the dig discovered something truly amazing: the partial skeleton of an unknown human species, Homo floresiensis!” Perhatikan, para ilmuwan Australia dipulangkan buntut dari pemboman Hotel JW Marriott pada tanggal 5 Agustus 2003. Sehari-dua hari setelah itu, Adam beserta koleganya semua dipulangkan. Sebelum pulang, Adam berfoto di depan hotel tempat tim Liang Bua menginap. Artinya foto diambil pada bulan Agustus sebelum pulang ke Australia (6-7 Agustus) dan tidak lama sebelum penemuan fosil Liang Bua (9 Agustus). Foto berikut menjadi salah satu bukti pemulangan para arkeolog Australia terjadi sebelum penemuan kerangka manusia Liang Bua.

Adam_brumm_august_2003

Yang terbaru, bulan lalu, ada dua artikel menulis tentang manusia Flores yang memiliki tinggi badan 1,5 meter (tinggi Flo hanya 106 cm atau >3,6 kaki). Salah satu artikel tersebut ditulis oleh Adam Rutherford, seorang ilmuwan genetika Inggris yang juga penulis buku-buku best-sellers seperti HumanimalHow Homo sapiens Became Nature’s Most Paradoxical Creature—A New Evolutionary History, kemudian How to Argue With a Racist, The Book of Humans, dan A Brief History of Everyone Who Ever Lived, yang lebih memilih tahun 2005 sebagai tahun penemuan Homo floresiensis. Satu tahun setelah publikasi 2 paper utama manusia Flores (Brown et al. 2004 dan Morwood et al. 2004), atau dua tahun setelah para arkeolog menemukan tengkorak Flo pada Agustus 2003. Artikel ini ditulis di The Mail, kemudian dikutip banyak media daring. Siapa tahu ini juga menjadi materi buku Humanimal? Ini artinya ada permasalahan mendasar dari para ilmuwan sendiri, kemudian diamplifikasi media. Apalagi dari penulis yang mengklaim tulisannya ‘A new evolutionary history‘. Namun lemah dalam historical science?

Siapa yang bertanggung jawab atas simpang siur ini? Mereka yang buruk dalam dokumentasi, juga lemah dalam historical science. Meskipun Peter Brown telah merevisi kesalahan penulisan waktu penemuan, tidak semua peneliti Homo floresiensis mengikuti secara kronologis setiap jurnal yang diterbitkan Peter, Mike Morwood, maupun tim peneliti inti Liang Bua 2003.

Apakah penting kepastian tanggal temuan tersebut? Ini adalah peristiwa bersejarah. Get the facts straight. Tiga dari lima arkeolog yang berada di Liang Bua saat penemuan terjadi tidak mengingat kapan tepatnya waktu penemuan. Bahkan salah satunya mengumumkan dua tanggal berbeda (2 dan 6 September 2003). Tanggal penemuan 2 September 2003 tidak muncul di jurnal penelitian, tapi muncul di artikel wawancara Nature. Tanggal penemuan 6 September 2003 tidak muncul di jurnal penelitian, tapi di wawancara media daring dan laman situs Smithsonian. Narasi yang ada (dan tidak akurat) disumbang oleh ketidaktelitian dokumentasi, sehingga simpang siur tidak terelakkan. Praktik ini harus mulai diubah. Peristiwa ini baru 18 tahun yang lalu (atau hanya satu dekade dari waktu wawancara Nature). Bagaimana jika terjadi seabad yang lalu, dengan dokumentasi yang minimal? Jika peristiwa satu-dua dekade terakhir masih simpang siur dalam dokumentasi, bagaimana mau mendokumentasikan peristiwa sekitar satu-dua abad yang lalu?

Attention, please! Sumber primer terbaik untuk sejarah penemuan Liang Bua adalah catatan dari peneliti yang juga menulis perkembangan dari hari ke hari, yang semuanya dirangkum dalam sebuah buku. Anda termasuk yang mana, mengikuti sumber-sumber primer, atau ikut-ikutan media daring dan para peneliti yang tidak terlibat langsung ekskavasi di Liang Bua pada tahun 2003?

1 responses to “Sejarah Penemuan Homo floresiensis

  1. Ping-balik: Radar TFM Agustus 2021 | The Forgotten Motherland·

Tinggalkan komentar